Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Cari iLmu DuNk

Rabu, 15 Desember 2010

RALF DAHRENDORF

---Think--
Teori konflik bertujuan mengatasi watak yang secara dominan bersifat arbiter dari peristiwa-peristiwa sejarah yang tidak dapat di jelaskan, dengan menurunkan peristiwa-peristiwa tersebut dari elemen-element struktur sosial. Dengan kata lain, menjelaskan proses-proses tertentu dengan penyajian yang bersifat ramalan. Koflik antar buruh dan majikan memang memerlukan penjelasan : tetapi yang lebih penting ialah menunjukkan bukti bahwa konflik yang demikian didasari oleh susunan-susunan struktur tertentu, yang oelh karenanya di manapun cenderung melahirkan susunan struktur sebagai yang telah ada. Dengan demikian yang menjadi tugas sisoalogi ialah melihat hubungan konflik dengan struktur sosial tertentu dan bukan menganggapnya berhubungan dengan variabel-variabel psikologi (“sifat-sifat agresif”) atau variabel bistoris deskriptif (masuknya orang negro ke amerika serikat) atau unsur kebetulan (Dahrendorf, 1958;172).
Bukan hanya Lewis Coser saja yang tidak puas dengan pengabaiaan konflik dalam pembentukan teori sosiologi kontemporer. Segara setelah penampilan karya Coser (1956), seorang ahli sosialogi jerman bernama Ralf Dahrendorf, selama kunjungan singkatnya di
Amerika Serikat (1957-1958), menyadur kembali teori kelas dan konflik kelas kedalam bahasa inggri (teori Dahrendorf senua di terbitkan dalam bahasa jerman, karena itu tidak langsung dapat di pahami oleh para sosilogi Amerika yang tidak paham bahasa jerman). Seperti Coser, Dahrendorf juga merupakan seorang pengkritik fungsional struktural tradisional oleh karena gagal memahami maslah perubahan. Sebagai landasan dasar teori Dahrendorf tidak menggunakan teori Simmel (seperti yang dilakukan Coser) melaikan membangun teori dengan seperuh penolakan, separuh penerimaan dan modifikasi teori sosiologi Karl Marx. Seperti Coser, Dahrendorf mula-mula melihat teori konflik sebagai teori parsial, mengannggap teori itu merupakan perspektif yang dapat di pakai menganalisa fenomena sosial. Dahrendorf menganggap masyarakat bersisi ganda, memiliki sisi konflik dan sisi kerja sama (kemusian ia menyempurnakan posisi ini dengan meyatakan bahwa segala sesuatu yang dapat di analisis dengan fungsionalisme struktural dapat pula di analisis dengan teori konflik dengan lebih baik).
Walaupun Dahrendorf merupakan seorang tokoh pengkritik Fungsionalisme struktural dan merupakan ciri-ciri diri “ahli teori konflik”, pertanyaan serius bisa timbul tentang seberapa jauh ia telah terpisah dengan mazab fungsional. Yang jelas, Dahrendorf telah melahirkan kritik penting terhadap pendekatan yang pernah dominan dalam sosiologi, yaitu kegagalan di dalam menganalisa maslah konflik sosial. Dia menegaskan bahwa proses konflik sosial itu merupakan kunci bagi struktur sosial. Bersama dengan Coser, Dahrendorf telah berperan sebagai corong teoritis utama yang menganjurkan agar perspektif konflik di pergunakan dalam rangka memahami dengan baik fenomena sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar